Nirwana
Mulanya, kami tak pernah mengira bahwa jalan menuju puncak akan semakin berat tantangan dan ujiannya saat semakin mendekati puncak. Akan mudah dilalui dengan ringan hati, tenang jiwa, tanpa guncangan, marabahaya. Ternyata, salah. Jalan menuju puncak berat, penuh aral rintangan, peluh bercucuran, hambatan demi hambatan semakin banyak menghadang, bagai gelombak ombak yang tak pernah usai menerjang.
Menuju puncak kesuksesan karir, berat. Butuh pengorbanan waktu keluarga yang hilang, masa kecil anak yang berlalu tanpa ayahnya menemani. Berat, harus berdiri di atas keseimbangan idealisme dan realitas. Tak menjilat. Tak mencegat.
Menuju puncak ranking akademik, berat, butuh berkorban waktu bermain bersama sahabat sejawat, kehilangan cap pemuda gaul, up to date, merasakan fear of missing. Berat, harus bertahan di hadapan jibaku tugas dan lusinan berkas buku. Melahap yang baru. Menghafal kunci mata kuliah. Mengulang yang lama. Merevisi yang salah.
Menuju puncak niaga, berat, butuh kapital materi dan bejubel mental baja, bermuka tebal menjajakan dagangan, menarik pelanggan, membuat mereka setia tak berpaling. Berat, harus merugi dan merugi sebelum berdasi kelas tinggi, harus berimprovisasi sepenuh hati.
Menuju puncak kebahagiaan cinta, berat, butuh menepis puluhan disposisi, harapan serta dendam di balik kasih yang tak berbalas, menanggung nanarnya tatapan para penggoda, perihnya luka hati penyintas cinta. Berat, harus siap bertahan dengan satu-satunya pilihan, yang kurangnya terlihat lebih dari keajaibannya.
Itu semua berat. Tapi saat sampai puncak. Kami tahu bahwa inilah nirwana. Satu fase keadaan dan ketenteraman sempurna bagi setiap wujud eksistensi, seakan terlahir kembali dalam dunia baru, setelah menerjang kerasnya dunia lama. Ialah surga dalam lisan kita.
Saat sabda Nabi menjamin nirwana bagi pengejarnya, ia tak hanya menjamin keabadian nikmatnya, ia juga mengekalkan tak lekangnya wujud nirwana dari lingkaran kepenatan. Huffatil Jannatu Bil Makaarih, wa Huffatin Naaru Bis Syahawaaat. (HR. Muslim).Surga senantiasa dikelilingi hal yang hawa nafsu benci. Sedang neraka senantiasa dikelilingi hal yang hawa nafsu senangi.
-usb
Komentar
Posting Komentar